Sabtu, 18 April 2015

Review Film “Filosofi Kopi”


Ben dan Jody adalah pendiri kedai kopi bernama Filosofi Kopi yang bersahabat sejak lama. Ben adalah peracik kopi yang handal, sementara kedai tersebut sendiri  adalah warisan ayah Jody. Ben telah tinggal
selama 18 tahun bersama keluarga Jody, dari kecil hingga dewasa disekolahkan oleh ayah Jody. Ayah Jody dikenal sebagai pribadi yang baik ke semua orang.

Namun setelah ayahnya meninggal, barulah Jody tahu bahwa sang ayah memiliki hutang hingga ratusan juta. Tagihan tersebut kemudian menjadi tanggung jawab Jody begitu pula dengan Ben sebagai pemilik kedai. Keduanya mengalami kesulitan untuk membayar hutang tersebut, terlebih karena pengunjung kedai kopi miliknya terbilang tidak konsisten. Satu-satunya modal yang dimiliki Filosofi Kopi hanyalah kehandalan Ben dalam meracik kopi.
Suatu ketika seorang kontraktor menawarkan tantangan kepada Ben untuk meracik kopi terenak. Sang kontraktor tersebut ingin memenangkan tender yang ditawarkan dengan memanfaatkan hobi sang konglomerat tersebut akan kopi. Ben pun diminta membuat kopi yang paling enak agar kontraktor bisa memenangkan tender proyek tersebut. Apabila ia bisa memenangkan tantangan tersebut, ia bisa membawa pulang hadiah yang tentunya bisa digunakan untuk membayar hutang.

Ben pun berusaha meracik kopi yang  paling enak, hingga ia menemukan sebuah resep bernama kopi ‘Perfecto’. Jody, Ben dan crew Filosofi Kopi sangat percaya diri kopi ini bisa memenangkan tantangan tersebut. Sampai seorang wanita pecinta kopi datang ke kedai Filosofi Kopi, mengatakan bahwa Perfecto masih kalah dengan kopi ‘Tiwus’ yang pernah dicicipinya di dareah Jawa Tengah.



Sinema Berkualitas, Dengan Unsur Budaya dan Nilai Moral

Sineas perfilman indonesianya sepertinya kian dewasa untuk memilih tema cerita yang akan diangkat ke layar lebar. Bukan hanya mementingkan nilai komersial, tapi mulai terasa menunjukan passion dan budaya dari film tanah air. Filosofi Kopi yang diangkat dari novel karya Dewi Lestari jadi satu pilihan yang sangat kompeten untuk semua kriteria tersebut.

Filosofi kopi membawa tiga nama artis sebagai pemeran utama, yaitu Rio Dewanto, Julia Estelle dan juga Chico Jericho. Kualitas Rio Dewanto di dunia perfilman tanah air tentu tak perlu dipertanyakan lagi. Aktor muda berbakat akhir-akhir ini namanya semakin bersinar dengan sejumlah film yang dibintanginya. Tapi untuk Filosofi Kopi, acungan jempol boleh kita berikan untuk Chico Jericho sebagai pemeran Ben. Dengan karakter Ben yang penuh kharsima, sedikit urakan tapi penuh passion dalam tiap cangkir Kopi. Angga Dwi Sasongko dan tim produksi film tentu tak salah memilih Chico untuk peran tersebut. Bisa dibilang sutradara muda ini telah menyetarakan kelas Chico Jericho dengan Rio Dewanto lewat film Filosofi Kopi.
Justru karakter El yang diperankan oleh Julia Estelle tidak begitu kuat untuk masuk kedalam alur cerita. Maklum, karakter tersebut sebenarnya bukan karakter asli yang diciptakan dari versi novel yang ditulis Dewi Lestari. Penambahan karakter wanita ini terlihat seperti penyeimbang dari dua karakter pria yang keren, Jody dan Ben.

Alur cerita Filosofi Kopi dalam film, berkesan sederhana tapi menyampaikan banyak hal. Terutama jika anda pecinta kopi, film ini akan punya nilai tersendiri untuk anda. Bagaimana secangkir kopi dibuat, kemudian menceritakan berbagai momen dengan kesan berbeda bagi tiap penikmatnya. Mungkin drama ini berubah menjadi terasa membosankan jika penontonnya sendiri tidak terlalu tertarik dengan dunia kopi, tapi tetap masih ada nilai lain yang ditawarkan. Seperti pesan moral kekeluargaan, persahabatan, kesederhanaan dan lain-lain.

Filosofi tidak hanya mendewasakan film itu sendiri, tapi juga para audiencenya. Kita tahu penonton tanah air secara mayoritas masih kurang begitu suka dengan adegan banyak dialog, dan plot flashback yang memaksa penonton mengambil kesimpulan dari keseluruhan tayangan. Justru Filosofi Kopi melatih kita untuk memahami bahwa drama tak selamanya membosankan, tapi justru nilai tertinggi dalam film.
Selain itu latar belakang tempat untuk pengambilan gambar film cukup menghibur. Berkutat di kedai kopi kecil ditengah kota kemudian perjalanan Jody dan Ben ke kebun kopi di kaki gunung menawarkan panorama yang indah. Semua di dukung dengan backsound yang serasi. Perlu anda ketahui soal musik dalam film ini merupakan andil dari musisi asal timur nusantara, Glenn Fredly.

Filosofi Kopi tayang premier mulai tanggal 7 April kemarin, dan mulai ditayangkan serentak 9 April di bioskop-bioskop tanah air.


Sumber : http://www.jagatreview.com/2015/04/review-film-filosofi-kopi-pecinta-kopi-pasti-menikmati/

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons